BELAJAR DARI Soichiro HONDA



http://i686.photobucket.com/albums/vv223/Karimun8/cats-6.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieIUz2g0rOc1Nu0OShgMgOxdHUwUaF0aLIkHz2kRkboWVdUSkDpE8MkYQDJfwV_SxnjmVAhP1CRDjEeKTMj1ezONi7Gtkctzz3Yq2aNBnnonvJHDophfhoGSTv_sszIUh_H6SaaygWcxbK/s1600/Soichiro2.jpg

Saat merintis bisnisnya Soichiro Honda selalu diliputi kegagalan.
Ia sempat jatuh sakit, kehabisan uang, dikeluarkan dari kuliah.
Namun ia trus bermimpi dan bermimpi…

Cobalah amati kendaraan yang melintasi jalan raya.
Pasti, mata Anda selalu terbentur pada Honda, baik berupa mobil
maupun motor. Merk kendaran ini menyesaki padatnya lalu lintas,
sehingga layak dijuluki “raja jalanan”.

Namun, pernahkah Anda tahu, sang pendiri “kerajaan” Honda -
Soichiro Honda – diliputi kegagalan. Ia juga tidak menyandang gelar
insinyur, lebih-lebih Profesor seperti halnya B.J. Habibie, mantan
Presiden RI. Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Di kelas,
duduknya tidak pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru.

“Nilaikujelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia
saya disekitar mesin, motor dan sepeda,” tutur tokoh ini,
yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo,
Tokyo, akibat mengindap lever.

Kecintaannya kepada mesin, mungkin ‘warisan’ dari ayahnya yang
membuka bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko,
Jepang Tengah, tempat kelahiran Soichiro Honda. Di bengkel, ayahnya
memberi cathut (kakak tua) untuk mencabut paku. Ia juga sering
bermain di tempat penggilingan padi melihat mesin diesel yang
menjadi motor penggeraknya.

Di situ, lelaki kelahiran 17 November 1906, ini dapat berdiam diri
berjam-jam. Di usia 8 tahun, ia mengayuh sepeda sejauh 10 mil, hanya
ingin menyaksikan pesawat terbang.

Ternyata, minatnya pada mesin, tidak sia-sia. Ketika usianya 12
tahun, Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model
rem kaki. Tapi, benaknya tidak bermimpi menjadi usahawan otomotif.
Ia sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak
tampan, sehingga membuatnya rendah diri.

Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke Jepang, bekerja Hart Shokai
Company. Bosnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya.
Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang
mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya.
Enam tahun bekerja disitu, menambah wawasannya tentang permesinan.
Akhirnya, pada usia 21 tahun, bosnya mengusulkan membuka suatu
kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini tidak ditampiknya.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrRDAcukNjC8lNzJ0qHtGOgy04uHb7TPJwV0QkZ_VqcWAWmex5YbkaBvTwznzEctRD4umdbDZQauddbO1MhmWu0Rq0ZvAIa5vBzJnrXyoH78AWkZlLElY_V4rrs3h7QcAjrAFuoy1XZYM/s1600/soichiro-honda2.jpg


Di Hamamatsu prestasi kerjanya tetap membaik. Ia selalu menerima
reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat
memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jam kerjanya
larut malam, dan terkadang sampai subuh. Otak jeniusnya tetap
kreatif. Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik
meredam goncangan. Ia punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu
dengan logam. Hasilnya luarbiasa. Ruji-ruji logamnya laku keras,
dan diekspor ke seluruh dunia. Di usia 30, Honda menandatangani
patennya yang pertama.

Setelah menciptakan ruji, Honda ingin melepaskan diri dari bosnya,
membuat usaha bengkel sendiri. Ia mulai berpikir, spesialis apa yang
dipilih? Otaknya tertuju kepada pembuatan Ring Pinston, yang
dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada tahun 1938. Sayang, karyanya
itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring
buatannya tidak lentur, dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi
teman-temannya terhadap kegagalan itu. Mereka menyesalkan dirinya
keluar dari bengkel.

Kuliah

Karena kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius. Dua bulan
kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya.
Tapi, soal Ring Pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari
jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang
mesin. Siang hari, setelah pulang kuliah – pagi hari, ia langsung ke
bengkel, mempraktekan pengetahuan yang baru diperoleh. Setelah dua
tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang
mengikuti kuliah.

“Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan,
melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum
makanan dan pengaruhnya, ” ujar Honda, yang gandrung balap mobil.
Kepada Rektornya, ia jelaskan maksudnya kuliah bukan mencari ijasah.
Melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap penghinaan.

Berkat kerja kerasnya, desain Ring Pinston-nya diterima. Pihak Toyota
memberikan kontrak, sehingga Honda berniat mendirikan
pabrik. Eh malangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap perang,
tidak memberikan dana. Ia pun tidak kehabisan akal mengumpulkan modal
dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Lagi-lagi musibah
datang. Setelah perang meletus, pabriknya terbakar dua kali.

Namun, Honda tidak patah semangat. Ia bergegas mengumpulkan
karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh
kapal Amerika Serikat, digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik.
Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga
diputuskan menjual pabrik Ring Pinstonnya ke Toyota. Setelah itu,
Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal.

Akhirnya, tahun 1947, setelah perang Jepang kekurangan bensin. Di
sini kondisi ekonomi Jepang porak-poranda. Sampai-sampai Honda tidak dapat
menjual mobilnya untuk membeli makanan bagi keluarganya. Dalam
keadaan terdesak, ia memasang motor kecil pada sepeda.
Siapa sangka, “sepeda motor” – cikal bakal lahirnya mobil Honda – itu
diminati oleh para tetangga. Mereka berbondong-bondong memesan,
sehingga Honda kehabisan stok. Disinilah, Honda kembali
mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Motor Honda
berikut mobinya, menjadi “raja” jalanan dunia, termasuk Indonesia.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgASbewKZW1QsO1ChfKzbXfqJmbu5QSJRGqxcLAOuq590a_tZkSbKnL7vQKw_0BJ_2Xk09IlXu3RvKyPuHkA4gBJ7vUx-L0s7sIhNbRiSz6x0l4wYbs8AiYoqgk1f3_t4KbnUrMbdO6nPQ7/s1600/hondas-first-product.jpg


Bagi Honda, janganlah melihat keberhasilan dalam menggeluti industri
otomotif. Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang dialaminya.
“Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. Tapi, mereka
tidak melihat 99% kegagalan saya”, tuturnya. Ia memberikan
petuah ketika Anda mengalami kegagalan, yaitu mulailah bermimpi,
mimpikanlah mimpi baru.

Kisah Honda ini, adalah contoh bahwa Suskes itu bisa diraih seseorang
dengan modal seadanya, tidak pintar di sekolah, ataupun
berasal dari keluarga miskin.
= = = = = = = = = = =

5 Resep keberhasilan Honda :
1. Selalulah berambisi dan berjiwa muda.
2. Hargailah teori yang sehat, temukan gagasan baru, khususkan waktu
memperbaiki produksi.
3. Senangilah pekerjaan Anda dan usahakan buat kondisi kerja Anda
senyaman mungkin.
4. Carilah irama kerja yang lancar dan harmonis.
5. Selalu ingat pentingnya penelitian dan kerja sama.
Kembali Ke Atas Go down


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPymI19fPGboM2QdXTXmuFf6orRlSbTsAW6RexR-sZWqD0pZhTBYlLGa83wMVkrurg9fjeMosrcEUZXXAUzP-5eip5UpVECEz3VGuOIvL0X6jg4n9qQ3P9QY0nU3HnemijQI1atVpg58U/s1600/honda_10.jpg


sumber :http://ekojuli.wordpress.com/2010/12/18/belajar-dari-honda/



0 Response to "BELAJAR DARI Soichiro HONDA"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme